Cinta Dalam Ikhlas


"Kepada Engkau, Maha Mengetahui segala rahasia.
Ku rangkai ramu bertajuk semoga.
Dalam sujud yang lebih lama dari biasanya.
Segala yang kurasa dariMu-lah berasal jua.
Semogaku tetaplah sederhana,
Yang ku perkenalkan padaMu adalah dia.
Disepertiga malam tepat pukul dua.
Untuk pertama kali,
Kusebut namanya sebagai bagian dari yang ku pinta"



Ini adalah tentang sebuah kebetulan-kebetulan yang ganjil.
Bermula dari mengabaikan hati, menundukkan pandangan, berpapasan menjadi sesuatu yang mendebarkan.
Melihat dari kejauhan yang awalnya Istighfar kini menjadi kebiasaan.
Kian hari kebetulan-kebetulan lain terus mengikuti perlahan.
Maka adalah sebuah kebetulan yang ganjil sehingga aku terjebak lalu tenggelam dalam kesemuan yang menjauhkan hatiku dari ketentraman.

Aku,
Orang yang mengagumi dirimu sejak lama.
Orang yang selalu canggung saat ada yang menyebut namamu, ataukah dirimu yang melintas tepat dihadapanku.
Seketika diri ini beristighfar,
Mengingat kembali, ini hanya sebatas syahwat yang berbicara.
Aku memang benar mengagumimu.
Laki-laki akhir zaman yang pernah ku temui.
Sosok yang biasa namun terlihat luar biasa,
Tidak tampan namun rupawan,
Bukan jutawan namun dermawan,
Sederhana namun bijaksana,
Terlihat istimewa karna menjaga Iman dan kehormatannya.

Aku hanya pengagummu.
Yang hanya bisa mendambamu dalam diam ditengah sendu, hanya meminta lewat untaian Do'a.
Hanya keheningan malam yang menjadi saksi ketika aku berkeluh hati atas apa yang terjadi.
Ingin rasanya aku melepaskan segala rasa pada angin, tetapi nyatanya aku hanya bisa melepas semua rasa diantara sujud.

Aku bisa apa selain diam?
Aku tidak menyerah,
Aku belum kalah,
Aku masih bertahan,
Tetapi lewat Do'a.
Memperjuangkanmu lewat Do'a.
Memandangmu lewat Do'a.
Menyapamu lewat Do'a.
Kuberi nama ini rindu sebatas Do'a.
Tentang rindu yang tak terungkap,
Tentang hati yang tak berucap.

Karena kau adalah orang yang layak untuk diperjuangkan.
Seperti Sayyidah Fatimah yang memperjuangkan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib dengan memendam rasa sebegitu dalam, rapat dan rahasia.
Seperti Ibunda Khadijah yang memperjuangkan Rasulullah SAW. Ia tawarkan dirinya sebagai wanita untuk di per-istri. Bukan tak punya harga diri, bukan pula tak tahu malu. Tapi ia sadar bahwa orang baik itu sedikit. Maka memperjuangkan orang baik adalah bentuk ikhtiar menggapai keberkahan cinta.
Seperti Zulaikha yang memperjuangkan Nabi Yusuf. Meski diawal caranya salah, tapi taubatnya membuat cinta itu menyatu.

Di Multazam ku meminta, semogaku tetaplah sederhana.
Aku yang merindukan mu dalam Do'a.

Jakarta, 18 Mei 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Qasidah Ya Ahlal Iradah Badaa

Rindu